Kasus Hilton (Pencabulan?)

Wednesday, February 29, 2012

Hilton Moreira (Sriwijaya Post)
Pagi hari tanggal 27 Februari 2012 saya mengirimkan pesan kepada beberapa teman untuk memberitahukan jika pada hari tersebut Hilton Moreira ulang tahun, kebetulan juga pada hari itu skuad Sriwijaya FC berlatih kembali usai liburan yang diberikan oleh pelatih Kas Hartadi. Namun balasan yang saya dapatkan dari salah satu teman mengabarkan jika Hilton ditangkap polisi dan tidak tahu apa masalahnya. Tentu saja saya terkejut dan tidak percaya, langsung saja menghubungi beberapa teman lain dan akhirnya saya dapat informasi akurat Hilton memang ditangkap karena tuduhan tindakan pencabulan.

Berita yang cukup membuat terkejut, beberapa kali Sriwijaya FC mendapatkan kabar yang tidak mengenakkan, mulai dari kabar meninggalnya kapten Ponaryo Astaman seusai laga melawan Persib Bandung yang ternyata 100% HOAX. Dilanjutkan dengan kasus kerusuhan antar pemain di hotel Swarna Dwipa yang melibatkan  beberapa pemain Sriwijaya FC dan Persija Jakarta seusai laga panas yang dimenangkan oleh Sriwijaya FC dengan skor 2-1. Dan kemarin datang lagi berita tak sedap, Hilton ditangkap.

Sepakbola Ramah Anak

Monday, February 27, 2012

Supporter Cilik ( Facebook )
Begitu senang rasanya melihat ketika ada anak kecil yang menonton langsung pertandingan sepakbola ke stadion didampingi oleh orang tuanya. Terpancar aura bahagia bahagia anak-anak ketika dituntun atau bahkan digendong orang tuanya ketika memasuki arena Stadion. Dengan kostum kebanggaan tim yang didukung, semakin membuat mata yang memandang senang. Pernah terpikir mengapa ketika saya kecil dahulu tidak seperti mereka, menonton sepakbola bersama orang tua dengan memakai jersey tim kebanggaan. Sungguh iri rasanya kepada gerombolan anak kecil tersebut.

Tidak sampai disitu saja, selama pertandingan anak-anak yang terus diawasi oleh orang tuanya tersebut juga antusias dengan jalannya pertandingan. Terbukti dengan teriakan yang secara spontan keluar dari mulut mungil mereka ketika terjadi pelanggaran terhadap pemain tim idola mereka, atau ketika terjadi gol para supporter cilik tersebut meloncat kegirangan layaknya tingkah anak kecil.

Tidak jarang bahkan anak-anak kecil tersebut hafal dengan para idola mereka, seperti di Sriwijaya FC ada Ferry Rotinsulu dan Keith Jerome Gumbs yang begitu idolakan oleh pendukung cilik tersebut. Jika dibandingkan dengan saat saya masih kecil dahulu sangat jauh berbeda. Dahulu sepakbola biasanya diidentikkan dengan laki-laki dewasa, sehingga anak kecil sangat jarang diperbolehkan menonton sepakbola. Ini terjadi tidak lain karena identiknya sepakbola dengan kerusuhan dan kekerasan sehingga orang tua cenderung melarang keras anaknya untuk menyaksikan langsung ke stadion permainan paling populer sejagad raya ini.

Kini pola pikir masyarakat sepakbola telah sedikit demi sedikit bergeser, dari yang dulu memandang negatif sepakbola kini telah mulai berubah memandang sepakbola sebagai salah tontonan rekreatif di tengah tontonan yang kurang variatif dan membonsankan di negeri ini. Stadion kini menjadi salah satu tempat favorit keluarga menghabiskan waktu libur. Dahulu anak-anak kecil mengidolakan tokoh kartun atau pun super hero, kini telah bergeser dengan mengidolakan para pemain sepakbola baik pesepakbola lokal maupun internasional. Dulu ada Spiderman, kini idola mereka adalah Ferry Rotinsulu dan pemain lainnya.

Salut untuk para orang tua yang mengajak anaknya menonton langsung sepakbola ke stadion. Dengan gagahnya menggunakan jersey kebanggaan ditambah lilitan syal dileher yang nampak kebesaran tidak menghilangkan ciri khas anak-anak yang memang menggemaskan. Membuat stadion yang selama ini dianggap suram kini menjadi penuh keceriaan. Dulu stadion yang identik dengan orang dewasa, kini sudah mulai ramah terhadap anak. Semoga semakin banyak orang tua yang mengajak anaknya "rekreasi" ke stadion sebagai alternatif tempat menghabis waktu bersama keluarga.

E-Board Untuk Sponsor Sriwijaya FC

Saturday, February 25, 2012

Sponsor Sriwijaya FC (www.imageshack.us)
Mulai musim depan Sriwijaya FC rencananya Sriwijaya FC akan menggunakan elektronik board (E-board) sebagai board sponsor di pinggir lapangan. Menurut Direktur Keuangan PT Sriwijaya Optimis Mandiri (PT SOM), Augie Bunyamin e-board akan diperuntukkan bagi para sponsor yang nilai nominal sponsornya puluhan juta sehingga dapat menjadi salah satu pemasukan bagi klub Sriwijaya FC yang sedang beranjak lepas dari penggunaan APBD.

Menurut Augie, harga e-board berkisar 3,7 miliar dan dipesan dari luar negeri. Biaya perawatan e-board yang mahal juga membuat tidak sembarang sponsor bisa memasang produk mereka dipapan elektronik bergerak ini. Penggunaan e-board ini akan menggunakan sistem durasi tayang, sehingga jumlah nominal yang harus dibayarkan oleh sponsor untuk satu pertandingan berbeda-beda tergantung dengan durasi tayang iklan layaknya di televisi.

Penggunaan e-board sebagai papan sepakbola di Indonesia masih sangat jarang, namun jika dibandingkan dengan negara Eropa bahkan sesama Asia seperti Jepang, China, dan Korea Selatan Indonesia termasuk ketinggalan. Dengan menggunakan e-board pemasukan klub bisa lebih meningkat dibanding dengan penggunaan board sponsor yang biasa terbuat dari papan maupun banner. Selain itu penggunaan e-board akan memperbanyak sponsor, tidak seperti penggunaan board sponsor seperti yang sekarang yang "makan" tempat sehingga sponsor yang bisa mencantumkan produk mereka terbatas. Lain halnya dengan penggunaan e-board jumlah sponsor yang ikut berpartisipasi tidak terbatas tergantung durasi yang dipakai. Secara otomatis dengan begitu akan menambah pundi keuangan klub yang sedang belajar mandiri. 

Rencana penggunaan e-board ini juga harus didukung oleh seluruh elemen Sriwijaya FC, terutama supporter agar bisa lebih tertib saat menonton Sriwijaya FC berlaga, seperti tidak masuk ke area lapangan usai pertandingan demi kenyamanan bersama dan demi menjaga e-board yang harganya miliaran rupiah.

Sriwijaya FC Tertahan di Medan

Tuesday, February 21, 2012

PT Liga Indonesia ( www.liga-indonesia.co.id )
Derby Andalas antara Sriwijaya FC dan tuan rumah PSMS di Stadion Teladan (20/02) berakhir dengan skor kacamata. Pertandingan berlangsung dengan ketat dan keras, terbukti dengan keluarnya 5 kartu kuning untuk 5 pemain, 4 untuk pemain Sriwijaya FC Mahyadi Panggabean, Supardi Natsir, Firman Utina, Ahmad Markus Bahtiar dan satu untuk PSMS atas nama Zulkarnain.

Sejak menit awal tuan rumah yang didukung oleh sekitar 22.000 pendukungnya yang memadati Stadion Teladan Medan langsung menekan tim tamu Sriwijaya FC. Namun serangan yang dibangun kerap membentur tembok pertahanan Sriwijaya FC yang kali ini dijaga duet Thierry Gatuessy dan Ahmad Markus Bahtiar. Sedangkan Sriwijaya FC hanya sesekali melakukan serangan balik cepat yang juga masih gagal karena kesalahan koordinasi  antar pemain.

Real Derby Andalas!

Saturday, February 18, 2012

Final Liga Indonesia 2007 (Internet)
Selama ini banyak orang kerap menjadikan PSPS Pekanbaru sebagai lawan Sriwijaya FC dalam Derby Andalas (Andalas merupakan nama lain dari Pulau Sumatera. red). Hal tersebut lebih dikarenakan perseteruan antar pendukung kedua tim, bukanlah persaingan positif secara prestasi. Namun kini "pesaing" Sriwijaya FC di Sumatera dalam memperebutkan julukan raja Sumatera yang sesungguhnya telah datang kembali, yaitu PSMS Medan. Pertandingan yang berlandaskan persaingan prestasi, sehingga layak untuk dijadikan sebagai derby Pulau Sumatera yang sesungguhnya.

Dahulu PSMS Medan bisa dikatakan sebagai raja Sumatera, karena saat itu belum ada pesaing yang dapat mengimbangi kekuatan PSMS Medan. Bahkan tim Semen Padang, PS Padang, Persiraja Banda Aceh saat itu juga kesulitan untuk mengimbangi PSMS. Namun semuanya berubah ketika Pemerintah Sumatera Selatan pada 2004 membeli Persijatim dan merubah namanya menjadi Sriwijaya FC, sehingga bertambalah pesaing PSMS dikancah sepakbola Sumatera yang saat itu begitu didominasi oleh tim asal Sumatera Barat dan Sumatera Utara.

Awalnya Sriwijaya FC yang saat itu masih bisa dikatakan "anak bawang" belum bisa mengimbangi kekuatan tim lain dikompetisi. Bahkan Sriwijaya FC hampir terdegradasi, andai saja saat tahun 2006 tidak terjadi gempa di Yogyakarta, yang memaksa PSSI untuk menghapus degradasi karena tim dari Yogyakarta (PSIM Yogyakarta dan PSS Sleman) tidak bisa melanjutkan kompetisi.

Puncaknya pada tahun 2007 persaingan Sriwijaya FC dan PSMS terjadi, Sriwijaya FC yang melakukan perombakan besar dan mendatangkan Rahmad Darmawan untuk menahkodai pemain Sriwijaya FC yang juga saat itu dirombak total. Pada putaran pertama Liga Indonesia 2007 Sriwijaya FC menang dengan skor 2-0 dan saat bermain di markas Ayam Kinantan, julukan PSMS, Sriwijaya FC menahan imbang tuan rumah dengan skor 0-0.

Namun pertemuan antara dua klub yang lahir di era yang berbeda ini juga terjadi di Copa Dji Sam Soe 2007 (CDSS, sekarang Piala Indonesia), saat itu Sriwijaya FC dan PSMS bentrok di perempat final, yang akhirnya  dimenangkan oleh Sriwijaya FC dengan agregat 5-2 setelah pada leg pertama yang berlangsung keras sehingga keluarnya kartu merah untuk Anoure Obiora berakhir dengan skor 2-1. Sedangkan pada leg kedua yang diwarnai aksi mogok PSMS Medan di Stadion Jakabaring Sriwijaya FC menang dengan skor meyakinkan 4-0 yang membuat Sriwijaya FC melenggang ke semifinal CDSS 2007 untuk menantang Pelita Jaya dan berakhir dengan gelar juara CDSS setelah mengalahkan Persipura melalui adu penalti.

Puncak dari segala pertandingan kedua klub akhirnya terjadi ketika Sriwijaya FC dan PSMS bertemu di final Liga Djarum Indonesia 2007 (LDI 2007). Pertandingan yang berlangsung tanpa penonton setelah insiden meninggalnya supporter Persija, Fathul Mulyadin di Gelora Bung Karno berlangsung seru, Sriwijaya FC yang diperkuat oleh  beberapa pemain macam Ferry Rotinsulu, Renato Elias, Charis Yulianto, Ambrizal, C. Worabay, Slamet Riyadi, Isnan Ali, Ben Ben Berlian,  Zah Rahan, Wijay, Zah Rahan, Kayamba, Anoure Obiora berhasil mengalahkan skuad asuhan Fredy Mulli dengan skor 1-3.

Istimewanya gelar juara yang diraih Sriwijaya FC merupakan gelar juara pertama LDI setelah 14 tahun tidak singgah ke Pulau Sumatera dan Sriwijaya FC berhasil menjadi klub pertama yang meraih Double Winners ( Liga+Copa). Selain itu dengan gelar juara LDI 2007 Sriwijaya FC mencatatkan diri sebagai juara baru LDI, setelah biasanya LDI didominasi tim asal Pulau Jawa, Sulawesi, dan Papua. Beberapa tim yang pernah menjadi juara LDI adalah, Persipura Jayapura, Persib Bandung, Persebaya Surabaya, PSIS Semarang, Persija Jakarta, Persik Kediri, dan PSM Makassar.

Bravo Laskar Wong Kito!

Sriwijaya FC Tahan PSAP Sigli

Friday, February 17, 2012

PT Liga Indonesia ( www.liga-indonesia.co.id )
Sriwijaya FC berhasil meneruskan tren positif ketika bertemu dengan tim asal negeri Serambi Mekkah setelah menahan seri 1-1 tuan rumah PSAP Sigli di depan pendukungnya sendiri di Stadion Kuta Asan Sigli (16/02).

PSAP Sigli unggul cepat pada menit ke-2 setelah pemain depan PSAP, Sayuti berhasil membobol gawang Sriwijaya FC yang dijaga oleh Ferry Rotinsulu. Sengatan gol cepat dari tuan rumah membuat skuad Sriwijaya FC yang mengandalkan duet Hilton Moreira dan Keith Kayamba tersentak dan berusaha untuk menyamakan kedudukan. Namun pertahanan PSAP Sigli yang digalang oleh Sthembiso Ntombela ternyata sangat ketat. Pada menit 42' Thierry Gatuessy yang merangsek maju kedepan untuk membantu rekannya menciptakan gol penyeimbang. Hingga peluit babak pertama ditiupkan oleh wasit Jerry Ely, skor imbang 1-1.

Pada babak kedua Sriwijaya FC terus menekan tuan rumah PSAP Sigli, pelatih Kas Hartadi memasukkan Seftia Hadi untuk mengantikan Mahyadi Panggabean pada menit 56'. Tidak puas dengan memasukkan satu pemain, Kas Hartadi memasukkan Risky Nopriansyah menggantikan Firman Utina pada menit 70' dan memasukkan Siswanto pada menit 77' untuk menggantikan Muhammad Ridawan. Usah tersebut dilakukan untuk menambah daya gedor Sriwijaya FC.

Namun gol yang ditunggu tidak kunjung datang hingga peluit akhir wasit dibunyikan skor tetap 1-1. Dengan hasil ini Sriwijaya FC tetap kokoh di puncak klasemen ISL dengan 26 poin, dikuti oleh Persipura Jayapura dengan 24 poin dan Persiwa Wamena dengan 23 poin.

Sriwijaya FC akan kembali berlaga pada tanggal 20 Februari 2012 di Stadion Teladan Kota Medan untuk berhadapan dengan PSMS Medan. Rencananya pertandingan ini sendiri akan disiarkan langsung oleh ANTV pada pukul 15:30 WIB.

Susunan Pemain :

PSAP Sigli: : Fakrurrazi (GK), Lee Soung Yong, Bustami, Sthembiso Ntombela, Ichwani, Sukman Suaib, Feri Komul, Reza Fandi, Mfundo Cecil

Sriwijaya FC : Ferry Rotinsulu (GK), Supardi, Thiery Gathuessi, Ahmad Jufriyanto, Mahyadi Panggabean,Ponaryo Astaman (C), Lim Joon Sik, Muhammad, Ridwan, Firman Utina, Hilton Moreira, Kayamba Gumbs

Supporter Not Trouble Maker

Wednesday, February 15, 2012

Supporter Indonesia (www.vivanews.com)
Akhir-akhir sepakbola tanah air  sering terjadi bentrok baik antar pemain hingga melibatkan pemain kedua belas alias supporter tim yang berlaga di lapangan. Ntah kebetulan atau tidak sepakbola nasional yang tengah dirundung konflik “kepentingan” akhirnya mau tidak mau membuat supporter juga terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pemicu dari kericuhan yang terkadang berujung tindak anarkis supporter dilatar belakangi oleh beberapa sebab, dari yang paling sering dijadikan alibi yaitu kepemimpinan wasit yang dianggap berat sebelah hingga kesalah pahaman karena merasa klubnya dizalimi oleh pihak pembuat kebijakan/pemegang otoritas.

Yang terkadang semakin membuat provokasi dan suasana semakin panas tidak hanya berasal dari supporter yang terlibat kericuhan namun juga pihak pengaman (saya tidak menyebutkan pihak tertentu loh) di lapangan juga mempunyai “andil” sebagai pemicu kerusuhan.  Tindakan yang terkadang kasar dan berlebihan terhadap supporter bukannya membuat supporter berhenti melakukan kericuhan namun malah menambah amarah supporter. Yang sebelumnya hanya kericuhan kecil menjadi sebuah amuk massa besar yang berujung kerusuhan dan tindakan anarkis. Akhirnya supporter juga yang disalahkan, orang berpikiran negatif tentang supporter sepakbola, stigma negatif pun muncul hingga orang yang tidak tahu apa-apa dan hanya ingin mendukung tim pujaannya pun menjadi “korban” stigma masyarakat terhadap supporter bola. Kasihan!

Sebenarnya Supporter Indonesia Bersahaja

Minggu, 8 Januari 2012 (Terinspirasi tweet twitter @SuaraSupporter dan @AndiBachtiar)

Supporter Indonesia (www.vivanews.com)
Rasanya tidak akan habis untuk membahas sepakbola, ada saja yang menarik diperbincangkan. Mulai dari klub, pemain, stadion, kostum, hingga supporter. Sepp Blatter pernah mengatakan jika Indonesia adalah Brasil-nya Asia untuk supporter. Bahkan yang terbaru Coach Rahmad Darmawan mengatakan jika sekarang tidak ada yang dapat dibanggakan dari sepakbola Indonesia kecuali fanatisme supporternya. Dua pernyataan yang tentu saja cukup mewakili pengakuan kepada para supporter Indonesia yang terkenal fanatik.

Namun ternyata terkadang fanatisme supporter Indonesia dianggap sebelah mata. Masih banyak yang berpikir dan berkata jika supporter Indonesia tukang rusuh, hanya sekumpulan orang pengangguran yang suka buat onar dan cap negatifnya. Saya berani berkata pikiran dan pernyataan mereka SALAH!

Menurut saya ada dua yang membuat orang mempunyai persepsi negatif tentang supporter Indonesia. Yang pertama karena mereka belum pernah menonton langsung sepakbola ke stadion, jadi mereka belum mengetahui keadaan yang sebenarnya supporter Indonesia. Diibaratkan kalau minum kopi, mereka itu sebelum minum kopi sudah mengatakan jika kopi itu pahit, padahal belum tentu, mereka hanya melihat warnya saja. Dan yang kedua karena media di Indonesia yang terkadang terlalu berlebihan memberitakan kegiatan negatif supporter seperti tawuran dll. Sedangkan kegiatan postifnya hampir tidak tersentuh sama sekali.Good news is bad news.

Lepas Dari Mulut Macan Masuk Mulut Harimau

Logo PSSI (Internet)
Saat kepengurusan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) masih berada di bawah kendali seorang yang bernama Nurdin Halid, banyak kontroversi yang terjadi. Mulai dilibatkannya sepakbola nasional kedalam kepentingan politik golongan tertentu, dugaan kasus KKN ditubuh PSSI, hingga prestasi sepakbola Indonesia yang sangat memperihatinkan, bahkan untuk pesta olahraga sekelas Sea Games, tim sepakbola Indonesia terakhir menjadi juara pada tahun 1991 yang diadakan di Manila, Filiphina. Saat itu tim sepakbola Indonesia berhasil mengalahkan tim sepakbola Thailand melalui drama adu penalti dengan skor 4-3. Bahkan Nurdin pernah memimpin PSSI dari balik jeruji besi karena terlibat kasus kriminal. Suatu sejarah kelam bagi sepakbola Indonesia.

Banyak yang berteriak agar Nurdin turun, namun Nurdin tetap saja tidak ambil pusing dengan teriakan orang. Hingga akhirnya seorang pengusaha minyak, Arifin Panigoro membentuk sebuah liga yang mereka beri nama Liga Primer Indonesia, maksudnya untuk membuat tandingan Indonesia Super League (ISL) dan salah satu jalan untuk menurunkan Nurdin dari kursi PSSI. Bahkan LPI yang digagas oleh Arifin disebut sebagai liga profesional dan didukung oleh Menteri Pemudan dan Olahraga, Andi Malarangeng. Salah satu yang mereka tonjolkan adalah tim sepakbola tanpa APBD, yang menurut kabar uang dari "Konsorsium", entah siapa "konsorsium" yang mau menggelontorkan dana ratusan miliar untuk liga yang "katanya" profesional" padahal faktanya jauh dari kata profesional. Orang awam yang tidak mengerti bola saja tahu permainan tim LPI jauh dibawah ISL, stadion tim LPI juga tidak memenuhi aspek verifikasi AFC. Entahlah dari segi mana profesionalnya.

Hingga akhirnya masa kepemimpinan Nurdin akan berakhir, diadakanlah kongres PSSI. Nurdin tetap saja "cuek", Nurdin tetap maju dalam kepemilihan tanpa mendengarkan suara orang lain. Ternyata yang diprediksi banyak orang benar, Arifin Panigoro, penggagas LPI maju juga mencalonkan diri untuk menjadi PSSI 1, selain itu maju juga George Toisutta, salah satu perwira TNI aktif. Namun akhirnya setelah bebrapa kali kongres gagal, akhirnya FIFA melarang Nurdin Halid, Arifin Panigoro, George Toisutta untuk mencalonkan diri menjadi ketua umum PSSI. Selain itu FIFA juga membentuk Komite Normalisasi yang diketuai Agum Gumelar untuk menjadi pengurus sementara PSSI. Hingga akhirnya FIFA memberikan Deadline kepada Komite Normalisasi PSSI untuk menyelesaikan masalah ditub PSSI, kongres PSSI di Solo menjadi akhir dari perjalanan panjang "pencarian" PSSI. Akhirnya terpilihlah Djohar Arifin Husain yang didukung penuh oleh Kelompok 78, pendukung Arifin-George, Kelompok 78 mendukung Djohar karena jagoan mereka tidak diperbolehkan maju.

Banyak harapan masyarakat kepada Djohar Arifin, apalagi Djohar sendiri merupakan orang yang telah lama berkecimpung di dunia sepakbola nasional. Namun apa lacur, harapan tinggallah harapan, lepas dari cengkraman Nurdin kini PSSI berada dicengkraman Djohar dkk. Berbagai kontroversi muncul, mulai dari penghapusan hukuman terhadap klub yang berlaga di LPI (PSM, Persibo, Persema, Persebaya), padahal untuk penghapusan hukuman harus melalui persetujuan dari anggota kongres. Kalaupun dihapuskan hukuman, keempat klub tersebut harus memulai dari kompetisi level bawah, bukannya langsung kembali ke "habitatnya", bahkan Persebaya mendapat "bonus" promosi gratis dari PSSI karena alasan banyaknya suporter dan faktor sejarah. Sangat menyakitkan mungkin untuk klub-klub yang selama ini berjuang mati-matian untuk menuju ISL.

Tidak berhenti sampai disitu, kontroversi terus berlanjut, kompetisi yang jelas-jelas menurut statuta PSSI, Pasal 23 ayat (1) Statuta PSSI mengatur 108 peserta Kongres, terdiri dan 18 peserta klub Super Liga, 16 suara perwakilan dari 16 klub teratas Divisi Utama dan kebawahnya.

Padahal sebelumnya banyak orang berteriak agar Nurdin turun karena banyak statuta  PSSI yang ditabrak oleh Nurdin. Namun saat ini PSSI kepengurusan Djohar dengan jelas menabrak aturan. Sampai-sampai beberapa anggota Excecutive Comite (exco) PSSI memprotes tindakan PSSI dan mengancam akan mengadakan Kongres Luar Biasa. Peserta liga yang sebelumnya 18 klub menjadi "bengkak" 24 klub, 6 klub tambahan yaitu 3 tim eks LPI (Persema, Persibo, PSM) yang entah mendapat dari mana pengampunan hukuman, 2 tim Divisi Utama (PSMS dan Persebaya) yang mendapat hadiah promosi karena "katanya" faktor sejarah, suporter dan sponsor, dan satu tim yang musim lalu terdegradasi (Bontang FC), alasannya adalah Bontang FC sebagai tim degradasi terbaik. Sungguh hina apa yang dilakukan PSSI, pengurus PSSI tidak memikirkan perasaan tim-tim divisi utama yang mati-matian promosi, mungkin sungguh sakit perasaan tim divisi utama lainnya melihat Persebaya dan PSMS melenggang promosi tanpa perjuangan.

Dengan 24 klub peserta liga, maka secara matematis hitungannya setiap klub akan bertanding 46 kali home away, dalam satu tahun akan ada 48 minggu, belum dipotong pertandingan internasional dan bulan Ramadhan, maka setiap klub minimal bertanding 2 kali seminggu, belum perjalanan antar daerah yang melelahkan tentu akan sangat menguras fisik pemain. Tujuan utama digelarnya liga adalah untuk perekrutan pemain tim nasional, kalau pemainnya saja nanti kelelahan dan banyak cedera yang berakibat hancurnya fisik pemain bagaimana timnas akan berprestasi. Padahal para pecinta sepakbola tanah air sudah rindu akan prestasi timnas.

Sepertinya memang benar, rezim Djohar Arifin ingin "menghabisi" sisa rezim Nurdin Halid. Padahal tugas Djohar tinggal memperbaiki dan menambahi kekurangan saja, tetapi Djohar merombak total susunan yang ada disepakbola nasional. Setelah "melepaskan" hukuman klub eks LPI, merubah jumlah peserta kompetisi dan memberi bonus promosi gratis, kini Djohar dkk mengganti nama kompetisi menjadi Indonesia Primer League (LPI) dan merubah stasiun tv pemegang hak siar liga.

Orang awam pun akan mengerti jika,

Liga Primer Indonesia = Indonesia Primer League

Pemegang hak siar liga yang sebelumnya dipegang ANTV dan masih menyisakan kontrak 6 tahun lagi pun diganti dan diberikan kepada MNC Grup. Menurut pihak ANTV mereka sudah tiga kali mengirimkan surat kepada PSSI namun tidak pernah dibalas, pihak ANTV pun siap untuk merevisi kontrak jika PSSI menginginkan. Namun sepertinya PSS sudah gelap mata, dengan alasan kontrak yang lebih tinggi dan MNC Grup sanggup menyiarkan 400 lebih laga kompetisi. Suatu pelanggaran dalam etika bisnis. Padahal PSSI seharusnya menghormati ANTV dan memberikan kesempatan kepada pihak ANTV untuk melakukan pembicaraan, bagaimanapun ANTV masih memiliki kontrak 6 musim dengan PSSI.

Terakhir adalah masalah jadwal kompetisi yang sepertinya dibuat seenaknya saja tanpa memikirkan pemain dan klub peserta kompetisi. Pelatih Persib Bandung, Drago Mamic sampai mengatakan agar PSSI menunjukkan kepada publik cara mereka membuat jadwal. Sindiran dari Mamic kemungkinan karena jadwal kompetisi yang merugikan Persib, hingga akhirnya Persib menolak jadwal yang diberikan PSSI. Laen Persib, laen pula Persiba Bantul, dalam jadwal kompetisi yang dibuat PSSI, Persiba Bantul bertanding dua kali dalam sehari. Pihak Persisam Samarinda bahkan mengatakan PT Liga Prima adalah penyelenggara liga tarkam dan PSSI memberikan jadwal seperti jualan daging, karena jadwal yang diberikan harus ditawar dulu supaya berubah.

Hingga akhirnya kita tunggu saja apakah tanggal 15 Oktober 2011 liga akan bergulir, atau akan mundur lagi, atau liga akan berjalan namun apakah liga akan selesai sampai akhir. Apalagi beberapa kasus dualisme masih mendera klub, bahkan PSMS bisa dikatakan TIDAK LAYAK lolos kompetisi profesional belum punya persiapan apa-apa. Belum lagi jika benar ANTV menggugat PSSI maka akan semakin banyak masalah yang mendera PSSI.

Saya tidak bisa membayangkan melihat Nurdin Halid saat ini, bagaimanakah ekspressi beliau melihat "kerjaan" Djohar dkk. Sepertinya Djohar dan anak buahnya harus mengingat lagi FAKTA INTEGRITAS yang mereka buat.
 

© 2014 INFO SRIWIJAYA FC - All Rights Reserved | Supported by : Blogger | Presented by : Info Sriwijaya FC | Desain by : Andrean Wahyu Effendy