Logo Sriwijaya FC (Internet) |
Sriwijaya FC pada ISL 2011/2012 mengalami beberapa masalah yang cukup menyedot perhatian publik. Dimulai dari gonjang-ganjing mengenai kompetisi yang akan diikuti oleh Sriwijaya FC hingga ancaman deportasi kepada top skor Sriwijaya FC, Keith Jerome Gumbs.
Awalnya instruksi dari Dewan Pembina Sriwijaya FC, Alex Noerdin yang juga Gubernur Sumatera Selatan mengintruksikan kepada manajemen Sriwijaya FC agar mengikuti kompetisi resmi PSSI, dalam hal ini Indonesia Premier League (IPL).
Namun, intruksi tersebut sontak membuat publik Sriwijaya FC protes dan sempat terjadi demonstrasi yang dilakukan oleh supporter Sriwijaya FC, Bela Armada Sriwijaya (Beladas) yang menuntut agar Sriwijaya FC mengikuti kompetisi Indonesia Super League (ISL). Tidak selesai sampai disitu, sempat terjadi perbedaan pendapat antara manajemen Sriwijaya FC, yaitu Komisaris Utama PT Sriwijaya Optimis Mandiri (PT SOM), Muddai Maddang yang menginginkan agar Sriwijaya FC mengikuti IPL, sedangkan Direktur Teknik dan SDM PT SOM, Hendri Zainuddin menginginkan agar Sriwijaya FC ikut ISL. Namun setelah melihat tuntutan masyarakat dan publik Sriwijaya FC, akhirnya Sriwijaya FC mengikuti ISL.
Namun, intruksi tersebut sontak membuat publik Sriwijaya FC protes dan sempat terjadi demonstrasi yang dilakukan oleh supporter Sriwijaya FC, Bela Armada Sriwijaya (Beladas) yang menuntut agar Sriwijaya FC mengikuti kompetisi Indonesia Super League (ISL). Tidak selesai sampai disitu, sempat terjadi perbedaan pendapat antara manajemen Sriwijaya FC, yaitu Komisaris Utama PT Sriwijaya Optimis Mandiri (PT SOM), Muddai Maddang yang menginginkan agar Sriwijaya FC mengikuti IPL, sedangkan Direktur Teknik dan SDM PT SOM, Hendri Zainuddin menginginkan agar Sriwijaya FC ikut ISL. Namun setelah melihat tuntutan masyarakat dan publik Sriwijaya FC, akhirnya Sriwijaya FC mengikuti ISL.
Laga perdana Sriwijaya FC di ISL berhadapan dengan Pelita Jaya Karawang yang berakhir dengan skor 1-3 untuk kemenangan Sriwijaya FC yang tentu saja menjadi catatan emas, karena Sriwijaya FC untuk pertama kalinya menang dalam partai perdana kompetisi. Laga kedua Sriwijaya FC berhadapan dengan tuan rumah Persib Bandung. Disinilah kemudian muncul lagi sebuah masalah yang sempat membuat panik publik Sriwijaya FC, yaitu berita tentang meninggalnya kapten Sriwijaya FC, Ponaryo Astaman seusai laga melawan Persib Bandung. Berita meninggalnya Ponaryo cepat tersebar ke media sosial, baik di twitter, facebook, BBM, dll. Dikabarkan jika Ponaryo meninggal akibat ulu hatinya terbentur bola tendangan bebas pemain Persib, Miljan Radovic. Namun, ternyata berita tersebut adalah berita hoax dan Ponaryo dalam kondisi sehat.
Dipertengahan putaran pertama ISL, muncul lagi masalah ketika Sriwijaya FC dijatuhi oleh PSSI hukuman karena tidak mengikuti IPL dan lebih memilih ikut kompetisi ISL. Namun, tidak ada kelanjutan mengenai masalah ini.
Diujung putaran beberapa masalah pelik mendera Sriwijaya FC, diantaranya adalah konflik antar supporter (akan kami buat catatan khusus), kasus Hilton Moreira, hingga ancaman deportasi kepada Keith Jerome Gumbs.
Saat permainan tim sedang berada dalam kondisi yang baik, Sriwijaya FC tertimpa dua masalah yang pelik. Hilton Moreira dijadikan tersangka oleh Polres Tanggerang karena dugaan pencabulan terhadap oknum pramugari salah satu maskapai penerbangan nasional. Hilton yang semestinya harus menjalani penahanan oleh pihak yang berwajib, akhirnya tidak ditahan atas jaminan dari manajemen Sriwijaya FC. Kasus yang dialami oleh Hilton, sempat memancing pro dan kontra publik Sriwijaya FC. Ada yang menyatakan Hilton tidak pantas memperkuat Sriwijaya FC karena tindakannya tersebut, namun ada juga yang menyatakan Hilton dijebak. Melalui konferensi pers yang diadakan oleh manajemen Sriwijaya FC, Hilton menjelaskan duduk persoalan masalahnya, dan setelah konferensi pers manajemen Sriwijaya FC yakin Hilton tidak bersalah dan akan mengusut tuntas dalang kasus Hilton.
Sebelum partai terakhir putaran pertama ISL, masalah kembali datang ketika Keith Jerome Gumbs ditahan oleh pihak imigrasi karena pelanggaran keimigrasian. Menurut berita yang didapatkan, Kayamba menggunakan visa wisata untuk masuk ke Indonesia, padahal seharusnya Kayamba harus menggunakan visa kerja karena ia bekerja sebagai pesepakbola di Indonesia. Melalui akun twitternya, Presiden PT SOM, Dodi Rea Alex mengatakan jika Kayamba menggunakan visa wisata karena Kayamba tidak bisa mendapatkan visa kerja karena untuk mendapatkan visa kerja harus mendapatkan rekomendasi dari PSSI, sedangkan Sriwijaya FC sendiri tidak berada di bawah kompetisi PSSI. Namun, dengan cepat tanggap manajemen Sriwijaya FC menyelesaikan permasalahan imigrasi Kayamba, dan Kayamba bisa kembali memperkuat Sriwijaya FC diputaran kedua ISL.
Semoga dengan masalah yang silih berganti datang mebuat Sriwijaya FC dan publik Sriwijaya FC makin kuat, makin kompak, dan makin mencintai Sriwijaya FC seutuhnya. Bukan sebagai supporter karbitan yang arogan, hanya menginginkan kemenangan tanpa mau berkorban dan ketika kalah mengeluarkan cacian dan makian.