InfoSriwijayaFC - Sepakbola memang kejam, tidak peduli apa yang pernah dilakukan. Prestasi dimasa lalu terkadang tidak cukup untuk menebus kesalahan yang sekarang diperbuat. Gelar juara dan permainan gemilang dimasa lalu tidak mampu untuk menepis rasa sakit kegagalan yang sedang terjadi.
Sudah banyak contoh dan bukti jika sepakbola memang kejam dan terkadang tidak tahu terimakasih dengan jasa yang telah dilakukan. Di luar negeri kita bisa melihat salah satunya adalah Jose Mourinho sebagai contoh. Sekarang ia berada di Chelsea, kembali mencoba mengukir nostalgia indah. Sebelumnya ia pernah dipecat di Chelsea karena tidak bisa mempersembahkan gelar juara Liga Champions, padahal banyak gelar juara yang sudah ia persembahkan untuk Chelsea. Salah satunya adalah gelar juara Liga Inggris tahun 2004 untuk pertama kalinya bagi Chelsea dalam kurun waktu 50 tahun terakhir.
Contoh lainnya di Chelsea adalah Roberto Di Matteo yang juga dipecat, padahal belum setahun ia mempersembahkan gelar Liga Champion bagi Chelsea. Gelar yang begitu diimpikan oleh Roman Abramovic, sang empunya Chelsea. Roberto Mancini di Manchester City dan Kenny Daglish di Liverpool menjadi contoh lain yang dipecat usai meraih gelar juara.
Di Liga Indonesia kita bisa melihat Suimin Diharja di Sriwijaya FC (SFC) yang berhasil menyelamatkan SFC dari jurang degradasi. Demikian pula Rahmad Darmawan, pelatih legendaris di SFC yang berhasil mempersembahkan Double Winners bagi SFC dan tentu saja hattrick Piala Indonesia. Rahmad juga "dilepas" oleh SFC, padahal jika melihat prestasi menterengnya, tidak ada alasan teknis yang kuat untuk melepas pelatih yang kerap disapa RD tersebut.
Sepakbola memang kejam, tidak tahu terimakasih untuk sebuah alasan profesional. Kemenangan beruntun sepuluh kali akan hilang tak berarti ketika terjadi satu kali kekalahan memalukan dan menyakitkan itu terjadi. Pujian yang selalu terucap dengan manis bisa berubah seketika menjadi caci maki dan hinaan yang sadis. Sepakbola memang tidak akan pernah sempurna dan tidak menuntut sebuah kesempurnaan, tetapi sepakbola selalu menuntut yang terbaik.